Senin, 28 Januari 2013

PR Now


INDONESIA PERLU PR MANAGEMENT YANG MENGUASAI FUNGSINYA
Kirim Berita Cetak Berita
(06 Juni 2007)
Jakarta, 6/6/2007 (Kominfo – Newsroom) – Indonesia memerlukan seseorang yang mengerti dan menguasai dengan benar segala hal mengenai Public Relations (PR), baik cara kerja maupun fungsinya dalam kaitan dengan managemen.
Selain itu, juga mengerti filosofi dari PR, karena banyak orang yang hanya sekedarnya atau tidak dalam konsep yang benar dalam menjalani pendidikan mengenai PR dan mengaku-aku bahwa ia adalah PR spesialis, kata Elizabeth Goenawan Ananto, akademisi Master of Management in Communication Trisakti pada penutupan PR Week 2007, di Jakarta, Selasa (5/6) malam.
Sampai saat ini di Indonesia, PR masih dianggap sebagai suatu keinginan dan bukannya suatu kebutuhan. “PR baru dibutuhkan peranannya hanya jika ada krisis. Karena itu, kesadaran masyarakat mengenai PR masih terbatas pada konsep yang lama, dimana PR dianggap sebagai alat pengembangan pemasaran,” ujarnya.
Elizabeth juga mengatakan, secara umum, kualitas PR masih di dalam level teknis dan bukan di dalam level manajerial. “Saat ini posisi PR masih terpisah yakni hanya sebagai ‘pemadam kebakaran’ atau sebagai orang yang terakhir tahu dan bukannya orang pertama yang beraksi,” tegasnya.
Hal tersebut, sebenarnya berkaitan juga dengan masalah yang dihadapi PR, yakni, pertama, masih kurangnya sosialisasi pada program ini, karena ternyata masih banyaknya orang yang tidak mengetahui tugas dan fungsi PR serta bagaimana seharusnya seorang PR; kedua, masih diragukannya keefektifan seorang PR karena belum ada hal yang dapat dijadikan sebagai tolak ukurnya, dan ketiga, masih rendahnya tingkat kepekaan terhadap krisis dari PR itu sendiri.
Tidak dipungkiri bahwa ketiga masalah tersebut lebih banyak dialami dalam PR pemerintahan dan bukan hanya itu saja, ketidak tersedianya strategi PR mulai dari jangka pendek, menengah hingga panjang membuat kinerja PR di pemerintahan sulit terukur.
Oleh karena itu, dengan diadakannya kegiatan PR Week, diharapkan posisi PR dapat ditempatkan dalam kedudukan yang semestinya yakni sebagai kualisi yang dominan dan berada didalam lingkup managemen yang juga turut terlibat dalam bagian perencanaan serta dalam proses pembuatan keputusan.
Selain itu, adanya kegiatan PR week ini juga dimaksudkan untuk mengubah dari konsep PR yang teknis ke arah managerial, tambahnya.
“Satu hal yang menarik untuk dikaji dari kegiatan PR Week 2007 ini adalah pada level makro (eksternal), ditemukannya faktor bahwa di Indonesia sistem media sangat berpengaruh terhadap praktek PR. “Berbeda dengan di negara Barat yang lebih mengutamakan sistem politik, “ ujarnya.
Karena itu, ia berharap agar kegiatan seminar dan workshop seperti ini dapat terus dilaksanakan, selain itu juga agar semua pihak, khususnya para akademisi untuk bersama-sama melakukan penelitian dan pengkajian dibidang PR dan bukan hanya sekedar menjual kursi di tingkat universitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar