Senin, 28 Januari 2013

Komunikasi Dalam Public Relations


A.    Sejarah Public Relation
Perkembangan Public Relation (PR) sekarang ini tidak terlepas dari dua tokoh kenamaan yang dikenal sebagai bapak Public Relation dunia. Mereka berdua adalah Ivy Letbetter Lee danEdward L. Bernays. Kedua tokoh ini disebut-sebut sebagai peletak dasar PR modern, yang semakin hari keberadaannya dan perkembangannya sebagai ilmu dan bidang profesi semakin mapan dan diakui. Hal ini mengingat bahwa fakta modern menunjukkan banyak sarjana atau kaum professional yang tergiur dengan Public Relation. Padahal mereka diragukan keahliannya dalam masalah Public Relation. Hal ini merupakan kejadian yang seharusnya tidak terjadi karena nanti akan berakibat fatal bagi citra profesi PR.  
Fenomena ironis dan patut diketawakan bahwa tidak sedikit dari mereka yang sebelumnya mengejek ilmu public relation dengan sebutan ilmu protokoler, tukang kliping, tetapi ternyata banyak diantara mereka yang bersikap sinisme itu mengejar public relation di lembaga pendidikan negri ataupun lembaga swasta. Selain itu, banyak pula diantara mereka yang mengadakan pelatihan di Perusahaan, termasuk konsultasi public relations padahal mereka hanya mempunyai disiplin ilmu komunikasi non PR. Bahkan akan menjadi lebih parah lagi jika seorang lulusan sarjana hukum mengaku expert dalam bidang PR. Hal ini menunjukkan banyaknya insan masa kini yang cenderung banting setir tidak peduli hal tersebut disiplin ilmunya atau bukan. Padahal hal ini akan membawa malapetaka bagi orang yang mengikuti pelatihannya dan akibat paling fatal dia akan dianggap tidak berkompeten karena tidak mampu memberikan penjelasan yang akurat, tepat, dan jelas.
Ivy Lee dianggap sebagai the father of public relation. Hal ini dikarenakan jasanya dengan cara memikirkan, mempraktekkan, dan membuat konsep yang jelas mengenai public relation. Dia juga berhasil mengembangkan Public Relation yang kemudian oleh kaum professional masa kini dijadikan sebagai landasan untuk dimekarkan menjadi obyek studi ilmiah.
Ivy Lee merupakan putra dari negarawan di Goergia Amerika Serikat. Ivy Lee sangat aktif dalam kegiatan Public Relation. Dia mulai karir di bidang Publik Relation mulai tahun 1906, pada saat industri batu bara di negaranya mengalami kesulitan akibat adanya pemogokan buruh. Pada saat itu Lee masih menjadi wartawan surat kabar. Setiap hari Lee termenung sembari memikirkan nasib negaranya, sikap keprihatinan Lee ini membuatnya berpikir untuk melakukan sesuatu kepada bangsanya. Oleh karena itu, Lee berusaha untuk menengahi ketegangan yang ada dengan memberikan sebuah gagasan yang konseptual dan menguntungkan kedua belah pihak.
Gagasan yang ditawarkan Lee kepada pimpinan perusahaan pada saat itu dengan berbagai persyaratan. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1) ia diberikan kedudukan dalam manajemen puncak, 2) ia diberi wewenang penuh untuk menyebarkan semua informasi factual yang patut diketahui rakyat. Persyaratan itu akhirnya disetujui oleh pihak perusahaan sekalipun setelah melalui negosiasi yang alot. Hal ini dikarenakan persyaratan yang diajukan oleh Lee cenderung revolusioner, mengingat orang yang bergerak dalam bidang komunikasi dan informasi ketika itu tidak berada dalam struktur top management. Hal ini merupakan sejarah atau tinta emas yang pernah ditorehkan oleh Ivy Lee.
Pada mulanya kegiatan PR yang dilakukan oleh Lee tidak bernama Public Relation melainkan bernama declaration of principles, yang pada hakikatnya keberadaan public tidak dianggap enteng oleh manajemen industri dan tidak dianggap tidak bisa apa-apa oleh pers. Dengan sikap manis dan jujur, Lee mengungkapkan pemikiran yang brilian dengan cara membuka tabir perusahaan dalam hubungnnnya dengan masyarakat yang selama ini cenderung ditutup-tutupi. Langkah yang diambil Lee tersebut menghasilkan hasil yang positif karena masalah pemogokan buruh yang sedang terjadi berhasil diatasi. Selain itu, Lee juga mengungkapkan gagasan fenomenal dengan cara membangun hubungan baik antara perusahaan dengan pers.     
Keberhasilan Ivy Lee mendamaikan buruh dengan pimpinan perusahaan tersebut menempatkan Lee sebagai orang pertama yang berhasil dalam Public Relations. Tidak lama berselang, Lee kemudian mendapatkan tawaran dari Pensylvania Railroad Company untuk mengatasi kesulitan-kesulitan perusahaan tersebut. Masalah yang dihadapkan pada Lee adalah masalah yang berhubungan dengan seringnya terjadi kecelakaan pada jaringan utama perusahaan kereta api tersebut.
Ivy Lee merasa prihatin dengan keadaan yang dialami oleh perusahaan Kereta Api tersebut. Kemudian Lee mengambil langkah dengan cara bernegosiasi dengan pihak direksi, manajemen dengan harapan nantinya apa yang akan dilakukan oleh Lee dapat memberikan kenyamanan pada semua pihak baik perusahaan maupun pers. Peristiwa ini atau langkah yang diambil oleh Lee ini menjadi berita yang menyenangkan bagi perusahaan, begitu juga pers yang merasa mereka juga diperhatikan dalam peliputan informasi atau berita sehingga informasi yang didapatkan menjadi lebih tepat dan akurat. Imbasnya para wartawan dapat bekerja dengan baik dan public merasa puas dengan apa yang telah disajikan oleh pers.
Tokoh lain dalam Public Relation adalah Edward L Bernays (1891-1995), sebagai bapak Public relation, nampaknya dia tidak cukup dikenal dibandingkan dengan Ivy Lee. Hal ini disebabkan banyaknya buku-buku klasik mengenai Public Relation yang lebih mengangkat Ivy Lee dibandingkan dirinya. Salah satu contoh adalah buku kenamaan tentang Public Relations yaitu effective public relation, di mana buku tersebut lebih sering membicarakan Ivy Lee dibandingkan Edward L. Bernays.
Edward L. Bernays merupakan keponakan dari ahli psikologi analisis yang bernama Sigmund Freud. Pemikiran dan kegiatannya untuk mengembangkan Public Relations sebagai profesi yang mantap, handal, mapan, dan bertanggungjawab dalam masyarakat demokrasi betul-betul tidak mengenal lelah. Bahkan sebagai ungkapan kecintaannya pada Public Relations, ia menghabiskan kariernya dengan menjadi konsultan Public Relations.
Puncak kecintaan Edward terhadap Public Relations diwujudkannya dalam sebuah buku yang dikarangnya. Buku tersebut berjudul Crystalizing Public Opinion (1923). Buku ini disusun berdasarkan konsep klasik tentang Public Relations dimana Public Relations berkembang dan terpisah dengan press agentry dan publicity work yang dirintis oleh Ivy Lee. Edward L. Bernays lebih cenderung dengan konsep yang ditemukannya yakniengineering of public consent dan public relations councel. Kedua konsep tersebut dianggap Edward L. Bernays sebagai cara yang paling konsisten dan bertanggung jawab. Bahkan bukti kecintaanya terhadap Pubilc Relation di usianya yang ke 101, ia tetap bersemangat ketika berbicara mengenai public relation dihadapan generasi penerusnya.
Public Relation dianggap menjanjikan bagi masa depan. Oleh karena itu, seorang ahli Public Relations harus terakreditasi dan mempunyai lisensi. Akan tetapi hal itu cenderung diabaikan mengingat fenomena-fenomena yang terjadi sekarang ini. Banyak sekali orang yang beralih profesi dengan kilat sekalipun hal itu bukan disiplin ilmunya. Dan cukup banyak dari mereka yang menyatakan keengganan untuk diakreditasi dan dilisensi dengan alas an-alasan mereka yang cukup logis. Sebagai orang yang professional tidak sepantasnya melakukan hal itu, kita harus bersikap gentle dan mengatakan sesuai dengan fakta yang ada.
Perkembangan PR di Negara Barat
Di Negara Eropa dan Amerika Serikat pihak pertama yang telah menerapkan teknik-teknik Public Relations adalah pemerintahnya. Salah satu buktinya adalah pada tahun 1809 Departemen Keuangan Inggris Raya yang menunjuk juru bicara resmi. Kemudian pada tahun 1854, Dinas Pos Inggris Raya dalam salah satu laporan tahunannya, mengakui perlunya penjelasan secara luas atas pelayanan yang dilakukan kepada masyarakat umum. Akan tetapi, taktik Public Relations yang cukup rinci dan terarah mulai digunakan oleh pemerintah inggris pada tahun 1912 (Anggoro. 2000: 31).
Di Amerika Serikat, biro konsultan Public Relations yang pertama dibentuk oleh seorang mantan wartawan yang bernama Ivy Lee. Sebelum membentuk lembaga konsultasi Public Relations secara resmi, ia pernah menangani berbagai kasus yang berkaitan dengan tugas Public Relations. Seperti kasus pemogokan buruh industry batu bara dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh Pensylvania Railroad Company akibat kecelakaan jaringan utama pada perusahaan.
Perkembangan PR di dunia ketiga
Public Relation atau yang sering disingkat PR merupakan suatu subyek studi dan kegiatan yang sangat diminati di Negara-negara dunia ketiga. Hal ini dikarenakan adanya tantangan untuk memenuhi kebutuhan yang begitu mendesak untuk menyebarkan berbagai macam pengetahuan dan pemahaman kepada penduduknya, baik dalam sector swasta maupun pemerintah di dunia ketiga ini (Anggoro. 2000: 34).
Pemerintah Negara-negara berkembang dewasa ini menghadapai tantangan Public Relations yang sangat besar. Sehubungan dengan tantangan besar itu, maka lembaga-lembaga pemerintah membutuhkan para praktisi public relation yang andal baik dari sector industry maupun pemerintahan. Hal ini mengingat Public Relation tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan saja melainkan juga militer dan kepolisian. Akan tetapi pada mulanya public relation ada hanya untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan supaya menjadi lebih baik dan maju.
Perkembangan PR di Indonesia
Berdasarkan sejarah dan berjalannya waktu telah diketahui bahwa tidak ada catatan yang pasti mengenai kapan mulai munculnya public relation di Indonesia. Namun secara praktek, Public Relation sudah ada di Nusantara sebelum datangnya Belanda. Sebagai salah satu contohnya, usaha Panembahan Senopati untuk menyebarkan citra positif bahwa ia dan keturunannya akan menjadi pasangan Nyai Ageng Roro Kidul. Hal itu dilakukan Panembahan Senopati hanya untuk menyaingi popularitas para wali yang sangat disegani pada saat itu.
Public relation di Indonesia, jika ditinjau dari segi kelembagaan dan institusional, profesi sebagai Public Relations baru diakui keberadaannya bersamaan dengan dibentuknya Bakohumas pada 13 Maret 1971. Bakohumas sendiri menghimpun para pejabat dan staf Public Relations di lingkungan Departemen, Lembaga pemerintah, dan BUMN. Perkembangan Public Relation di Indonesia berjalan cukup pesat. Setidaknya terdapat tiga factor yang melatar belakangi cepatnya perkembangan public relation di Indonesia. Diantaranya adalah 1) cepatnya kemajuan teknologi, 2) pertumbuhan ekonomi, dan 3) kian hausnya masyarakat akan informasi.
Lembaga Public Relations yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah Perhumas. Lembaga ini didirikan pada tanggal 12 Desember 1972. Pendirinya terdiri dari berbagai kalangan baik itu kalangan swasta maupun kalangan pemerintah antara lain Wardiman Djojonegoro, Marah Yunus, Nana Sutrisna, Feisal Tamim, dan lain sebagainya. Selain itu, Perhumas juga tercatat sebagai anggota IPRA (International Public Relation Association) yang berpusat di Jenewa, Swiss serta ikut merintis adanya FAPRO (Federation of ASEAN Public Relation Organizations) pada awal 1980-an.
Indonesia juga mencatat sejarah dengan membentuk Forkamas (Forum Komunikasi Humas Perbanas) pada tanggal 13 september 1996. Forum ini ditujukan untuk menghimpun Public Relations dari kalangan perbankan. Penggagas dari forum ini adalah gubernur BI pada saat itu yakni Sudrajad Djiwandono. Akan tetapi pada tahun-tahun sebelumnnya, tepatnya pada tahun 1986 perusahaan biro-biro juga telah melakukan hal yang sama dengan nama APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relation Indonesia). Diluar itu juga masih banyak asosiasi-asosiasi yang sifatnya lebih independen. Misalnya H3(Himpunan Humas Hotel) yang terbentuk pada 23 februari 1995. Hal inilah yang semakin mempercepat perkembangan Public Relations di Indonesia karena dengan adanya banyak wadah maka semua akan lebih mudah dalam berkreasi.    
B.     Pengertian Public Relation
Banyak orang bertannya-bertanya, apa sebenarnya makna dari Public Relations itu. Dengan terjawabnya pertanyaan dari Public Relations maka isi dan ruang lingkupnya juga akan terjawab. Untuk itu terdapat banyak deskripsi mengenai pengertian Public Relation. Adanya perbedaan rumusan hanya tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Definisi Public Relation juga dipengaruhi oleh tipe organisasi atau tipe perusahaan. Misalnya tipe perusahaan yang bertaraf internasional maka akan mendefinisikan PR dengan menatap Public Relations yang ada di taraf regional dan nasional saja. Di sisi lain orang melihat Public Relations hanya sebagai sarana atau paket teknik. Oleh karena itu, untuk mendefinisikan Publik Relations haruslah dibedakan baik itu ditinjau dari segi definisi situasi, definisi kebijakan, definisi profesi, definisi teknik, ataupun definisi pelajaran.
Public Relation merupakan sebuah proses dimana proses tersebut merupakan pluridimensional dari adanya aksi antara organisasi dan masyarakat, dimana struktur-struktur psikososial, cultural, ekonomis, politik, ideologis, politis, filososis memainkan peranan. Proses ini dipertahankan oleh proses komunikasi menuju ke proses transaksi. Sedangkan secara terminologis, public relation tidak hanya ingin mengatakan adanya relasi dengan public melainkan relasi dengan masyarakat secara umum.
Dari beberapa fenomena di atas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian Public Relation. Public relation dapat diartikan sebagai suatu relasi kelompok tertentu dari suatu organisasi intern dan ekstern dengan menciptakan image yang baik untuk menarik simpati public sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari public relation cepat terealisasi.
Dalam referensi lain disebutkan bahwa secara konsepsi, PR adalah salah satu bidang ilmu komunikasi, kendati secara praktis komunikasi adalah tulang punggung dari kegiatan public relation. Konsep lain juga mengatakan bahwa PR merupakan jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan publiknya sehingga terjadi mutual understanding atau saling pengertian.
Salah satu ilmuan barat yang berama Sukatendel mengatakan bahwa PR adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Pengertian yang diajukan oleh Sukatendel tersebut mengandung empat unsure yakni 1) komunikasi sebagai ilmu, 2) citra, 3) mitra, dan 4) mutual interest atau kepentingan bersama.
Scoot M Cutlip juga berpendapat bahwa PR merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap public, mengidentifikasi, kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan public serta melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan dari public.
Dari kedua pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa peran atau arti PR bagi perusahaan sangatlah penting. Oleh karena itu, jangan sekali-kali meletakkan sembarang orang pada jabatan PR karena public relation cukup memegang peranan dalam proses perkembangan perusahaan. Di Indonesia jabatan tertinggi dari Public Relation sering kita dengar dengan sebutan Senior Vice President Director of Corporate Communication. Posisi lainnya adalah setingkat dengan manager atau general manager.
Public relation mempunyai banyak nama lain. Diantaranya adalah public affairs, corporate communication, corporate secretary, corporate relation, public information, corporate affairs, integrated marketing, dan lain sebagainya. Pada dasarnya tidak peduli apa istilah dari Public Relation yang digunakan karena hal itu tidak berpengaruh terhadap peran dan tugas dari public relation itu sendiri.
C.    Tujuan, Peranan, dan Praktik Public Relation
Public relation mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Baik itu dari segi pengertian, tujuan, peranan, dan praktiknya. Oleh karena itu, semuanya perlu di paparkan secara rinci sehingga menjadi sebuah kepastian atau pernyataan yang jelas sehingga orang yang ingin mempelajari dan mendalami public relation dapat memperoleh wawasan yang memadai dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tujuan Public Relation
Pada dasarnya public relation dilaksanakan dengan sebuah tujuan yang terstruktur, terencana, dan terukur. Dengan kata lain, seluruh pekerjaan public relation harus dievaluasi, untuk kemudian dilakukan peningkatan dan perbaikan guna tercapainya tujuan organisasi. Tujuan dari public relations sendiri sudah sangat jelas jika dilihat dari beberapa pengertian yang telah diuarikan di atas.
Dalam sebuah pernyataan atau konsep dapat digambarkan bahwa tujuan dari public relation adalah mempengaruhi public supaya peusahaan atau instansi yang bersangkutan mendapatkan pengertian atau pemahaman, dukungan, serta memperoleh perilaku yang positif dari publiknya sehingga dapat tercipta saling memahami, mengerti dan mengetahui diantara keduanya.
Salah satu tokoh PR dari barat yang bernama Philip Lesly menyebutkan bahwa tujuan dari kegiatan PR adalah sebagai berikut: 1) Prestise atau citra baik dengan segenap faidahnya, 2) Promosi produk atau jasa, 3) Mendeteksi dan menangani isu peluang, 4) Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan publiknya, 5) Good will dari karyawan atau anggota organisasi, 6) Mengayomi good will komunitas tempat organisasi menjadi bagian didalamnya, 7) Good will para stockholder dan konstituen, 8) Mengatasi kesalah pahaman dan prasangka, 9) Mencegah serangan, 10) Good will para pemasok, 11) Good will pemerintah, 12) Good will bagian lain dari industry, 13) Good will para dealer dan menarik dealer lain, 14) Kemampuan untuk mendapatkan personel terbaik, 15) Pendidikan public untuk menggunakan produk atau jasa, 16) Mencegah dan member solusi masalah perburuhan, 17) Pendidikan public untuk satu titik pandang, 18) Good will para pelanggan atau para pendukung, 19) Investigasi sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan, 20) Merumuskan dan membuat pedoman kebijakan, 21) Mengerahkan perubahan, 22) Menaungi viabilitas masyarakat tempat organisasi berfungsi.
Menurut Philip Lesly, dua puluh dua hal tersebutlah yang menjadi tujuan dari public relation atau yang disingkat dengan PR. Dari beberapa yang diuraikan oleh Philip Lesly dapat diketahui bahwa cakupan dari public relation sangatlah luas.
Peranan Public Relation
Peran atau peranan dari public relation bagi kehidupan terlebih pada perusahaan atau instansi sangatlah jelas. Hal ini dikarenakan public relation menyangkut kepentingan setiap organisasi baik itu kepentingan komersial maupun kepentingan non komersial. Kehadirannya tidak bisa dicegah. Sebenarnya yang disebut dengan public relation terdiri dari semua bentuk komunikasi organisasi (Jefkins, 1995: 8).
Aktivitas public relation sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik antara perusahaan dengan publiknya yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi terciptanya suatu tujuan tertentu. Jadi kegiatan Public Relations tersebut sangat erat kaitannya dengan pembentukan opini public dan perubahan sikap dari masyarakat (Ruslan. 2000: 1).
Bidang PR sangat luas dan menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Public Relations tidak sekedar relations saja, meskipun personal relations mempunyai peranan yang sangat besar dalam kampanye PR. Public relation juga bukan hanya menjual senyum manis belaka atau propaganda dengan tujuan memperoleh kemenangan sendiri atau mendekati pers dengan tujuan untuk memperoleh suatu pemberitahuan. Lebih dari itu, Public Relations juga mengandalkan strategi agar perusahaan disukai oleh public atau pihal-pihak yang berhubungan. Pihak yang berhubungan dengan perusahaan ini sering disebut dengan stakeholder atau target public. Mereka membentuk opini di dalam masyarakat dan dapat mengangkat atau menjatuhkan citra perusahaan. Maka dari itu, PR mempunyai peranan penting sekaligus sebagai fungsi strategi dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari public (Kasali. 1994: 15).
Prinsip inilah yang sering dianut oleh ahli PR masa kini. Hal ini dikarenakan prinsip komunikasi dua arah merupakan jalan terbaik untuk mencapai sesuatu yang lebih baik sehingga sangat wajar jika para ahli PR selalu menerapkan prinsip ini dalam prinsip inti PR.
Praktik Public Relation
Dalam kehidupan sehari hari terdapat berbagai praktek public relation. Misalnya praktik PR sebagai komunikator organisasi, lembaga atau perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari kedudukan PR itu sendiri dimana PR menjadi jembatan komunikasi antara suatu organisasi, lembaga, perusahaan dengan publiknya, sehingga tercipta saling pengertian antara keduanya, yang pada akhirnya akan tercipta citra positif dan dukungan public terhadap keberadaan organisasi tersebut.
Praktik PR sekarang ini banyak dilakukan oleh berbagai lembaga, organisasi, dan perusahaan dimana PR tersebut bertindak sebagai komunikator ketika public atau masyarakat berhubungan dengan organisasi atau perusahaan tersebut. Misalnya, ketika Era presiden Gus Dur kita mengenal juru bicara presiden. Praktik PR pada hakikatnya adalah aktivitas, sehingga tujuan praktik PR dapat dibandingkan dengan tujuan komunikasi, yakni adanya penguatan dan perubahan pengetahuan, perasaan dan perilaku komunikan. Praktik PR hanya bertujuan terjaga dan terbentuknya pengetahuan, perasaan dan perilaku positif public terhadap suatu organisasi atau perusahaan.
Praktik PR juga sebagai fungsi manajemen yang nantinya akan mendorong kemampuan dan saling memelihara arus komuikasi yang menciptakan pengertian, penerimaan dan kerjasama antar organisasi dengan berbagai publiknya termasuk melibatkan diri dalam managemen untuk memecahkan salah satu mentasi suatu isu, membantu manajemen pula untuk menginformasikan dan merespon terhadap opini public, membatasi dan menegaskan akan tanggung jawab manajemen untuk melayani public yang berkepentingan, membantu manajemen membuat kebijakan tertentu  secara efektif, menjalan kan system peringatan dini untuk mengantisipasi kecenderungan-kecenderungan dan menggunakan penelitian, akal sehat serta komunikasi secara etis sebagai alat prinsipil yang dimiliki (diadaptasi dari Cutlip, Center and Broom. 2000: 4).
Praktik Public Relations sebagai komunikator, tentunya harus memiliki berbagai persyaratan, sehingga nantinya dalam menjalankan Public Relations benar-benar diakui dan mempunyai kapabilitas dalam bidangnya. Setidaknya terdapat lima persyaratan mendasar bagi seseorang yang ingin menjadi Public Relations handal. Diantaranya adalah 1) kemampuan untuk berkomunikasi, 2) kemampuan manajerial atau kepemimpinan, 3) kemampuan bergaul atau membina relasi, 4) memiliki kepribadian yang utuh atau jujur, dan 5) banyak ide kreatif.
Kelima hal di atas dapat direalisasikan oleh ahli PR dalam bentuk komunikasi lisan maupun tulisan, yakni ia harus mampu berbicara dengan baik ketika di depan umum, mampu melakukan presentasi dengan baik, mampu mewawancarai dalam upaya pengumpulan data dan fakta, mampu menjawab dengan baik ketika diwawancarai pers, dan lain sebagainya. Selain itu, mereka juga harus mampu membuat press release untuk dikirim ke Media Massa, membuat berita, membuat artikel, dan lain sebagainya.
Kemampuan manajerial atau kepemimpinan seorang PR dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengantisipasi masalah dalam dan luar organisasi, termasuk kemampuan untuk menyusun rencana kegiatan dan melaksanakannya. Seorang PR diharapkan mampu mengorganisasikan berbagai kegiatan PR. Hal ini dapat diwujudkan dengan berbagai sikap. Misalnya, hari-hari selalu terisi dengan berpikir, merencana, membuat anggaran, negosiasi, evaluasi, membuat laporan, dan lain sebagainya. Singkatnya seorang PR harus bekerja keras dengan menggunakan pikiran yang jernih dan obyektif.
Kemampuan bergaul atau membina relasi artinya harus mampu berhubungan dan bekerjasama dengan berbagai macam orang, dan mampu menjaga komunikasi yang baik dengan orang-orang yang berbeda termasuk dengan orang-orang yang mempunyai berbagai tingkatan. Setiap orang yang berprofesi sebagai PR harus selalu memperluas jaringan kerjanya sehingga dapat memperlancat tugasnya sebagai ahli PR. Selain itu, seorang PR juga harus mampu melakukan pendekatan personal dengan baik dengan catatan tetap memprioritaskan integritas profesinya masing-masing. Seorang ahli PR harus mempunyai pergaulan yang luas, banyak dikenal orang, dan supel. Apabila seorang PR tidak luas pergaulannya maka hal itu akan menjadi kartu mati bagi karirnya.
Kepribadian yang utuh dan jujur artinya seorang PR harus memiliki kredibilitas yang tinggi, yakni dapat diandalakan, dapat dipercaya oleh orang lain, dan dapat diterima orang kebanyakan sebagai orang yang mempunyai kepribadian utuh atau jujur. Misalnya, sebagai seorang PR yang menjadi sumber berita maka seorang PR tersebut harus dapat dipercaya sehingga berita yang disampaikan bernilai tinggi dengan tetap memperhatikan etika profesi yang ada supaya tidak terjadi misinformasi, miskomunikasi, atau mispengertian. Hal ini semata-mata dilatar belakangi oleh keinginan setiap perusahaan atau setiap oraganisasi untuk menciptakan mutual understanding.
Memiliki banyak ide merupakan sebuah keharusan bagi setiap orang yang ingin menjadi ahli PR. Artinya seorang PR harus mempnyai wawasan yang luas sehingga permasalahan serumit apapun akan diketahui benang merahnya. Berpikir kreatif merupakan tuntutan bagi seorang PR, artinya seorang PR seharusnya tidak selalu polos atau berbicara hitam putih, kadangkala harus abu-abu atau lainnya sepanjang tidak dusta tentang fakta yang sebenarnya. Seorang PR, kemampuannya harus benar-benar terasah karena tugasnya semakin hari semakin berat. Terlebih lagi di Era sekarang di mana ekonomi sedang mengalami krisis dan kemajuan tekhnologi informasi semakin pesat.
Seorang PR harus mempunyai sikap yang etis dalam menjalankan tugasnya. Karena sikap akan menimbulkan kesan yang nantinya akan mempengaruhi cara pandang orang yang baru mengenal kita. Adapun sikap etis yang harus dimiliki seorang PR antara lain: 1) menjadi komunikator untuk public internal dan public ekternal, 2) tidak terlepas dari faktor kejujuran sebagai landasan utamanya, 3) membuat public atau masyarakat merasa diakui dan dibutuhkan keberadaannya, 4) etika sehari-hari dalam berkomunikasi harus tetap dijaga, 5) menyampaikan informasi-informasi yang penting kepada public, 6) menghormati nilai-nilai kemanusiaan, 7) mampu memberikan keputusan dan kebijakan yang arif sesuai dengan batas-batas moralitas, 8) penuh pengabdian terhadap profesinya, 9) mentaati kode etik yang berlaku (diadaptasi dari Soemirat dan Ardianto. 2003: 175).
Dalam referensi lain, F. Rachmadi (1994) menyebutkan bahwa persyaratan dasar menjalankan praktik PR adalah menyelenggarakan hubungan dengan publiknya guna memperoleh dukungan dan disukai publiknya adalah 1) kemampuan mengamati dan menganalisis problem, 2) kemampuan menarik perhatian, 3) kemampuan mempengaruhi opini, dan 4) kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling percaya.
Dari keempat hal tersebut dapat diambil kesimpulan secara sepintas bahwa tugas PR sangat luas dan berat. Menurut Koogan seperti yang dikutip oleh Rachmadi (1994) mengatakan bahwa fungsi pokok PR adalah fungsi manajemen, sebagai peneliti dan penilai selera serta sikap masyarakat guna menyelaraskan kebijakan organisasi atau perusahaan dengan kepentingan umum dengan cara melaksanakan rencana kerja sebaik mungkin.
Pada prinsipnya Public Relations adalah fungsi manjemen puncak. Artinya kehadiran PR di dalam suatu organisasi, lembaga, perusahaan sudah selayaknya berada dibawah pimpinan tertinggi atau sekurang-kurangnya mempunyai hubungan kerja langsung dengan petinggi. Praktik PR sebagai komunikator yang baik harus mencari tahu bagaimana pihak lain memandang sebuah organisasi, lembaga atau perusahaan karena citra perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain berbeda-beda tergantung pada jumlah orang yang memandangnya. Oleh karena itu, salah satu tujuan organisasi atau perusahaan adalah memperluas praktek PR-nya sehingga citra yang dihasilkan akan lebih baik dibandingkan sebelumya.
Menjadi komunikator yang baik dalam menjalankan praktek PR harus mampu menganalisis situasi. memang menganalisis situasi merupakan sesuatu yang sulit. Akan tetapi perlu diingat bahwa yang terpenting adalah pendekatan sistematik pada pemecahan masalah Public Relations itu sendiri karena semua orang yakin bahwa tidak mungkin akan terjadi dua situasi yang sama persis. Mungkin sejumlah situasi mempunyai unsure yang sama namun tetap ada perbedaannya. Misalnya, perbedaan dalam masalah penanganannya atau metode pendekatannya. Jadi sedekat apapun situasi pasti akan nampak penyebabnya dan menuntut satu pendekatan yang unik (Coulson-Thomas. 1996: 27).
Praktik PR sebagai komunikator yang baik perlu memiliki jiwa kepemimpinan yang berprinsip, dengan paradigm terobosan-terobosan cara berpikir baru yang mampu menyelesaikan dan membantu kehidupan modern masa kini, sehingga diperlukan 1) pertimbangan keseimbangan yang bijak, 2) kesederhanaan ditengah kompleksitas, 3) arah dan tujuan sebagi peta terlengkap, memandang kelemahan, kekuatan manusiawi, 4) pergantian prasangka dengan rasa hormat, 5) dapat diberdayakan dan memberdayakan orang, 6) dorongan untuk berubah dan memperbaiki diri, 7) anggota yang berguna dab saling melengkapi, 8) dimana harus memulai perubahan dan perbaikan, 9) bias mengkoordinasi dan mau dikoordinasi (diadaptasi dari Rumanti. 2002: 244).
Covey, dalam Rumanti (2002) mengemukakan bahwa sosok sikap pemimpin yang harus ditemukan dalam ahli PR adalah 1) pribadi yang terus belajar, 2) pribadi yang beorientasi pada pelayanan, 3) pribadi yang memancarkan energy positif, dan 4) pribadi yang berjiwa positif serta mampu mempercayai orang lain.
Melihat dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa praktik PR sangatlah luas sehingga sangat wajar jika PR dikatakan sebagai suatu fungsi strategis dalam manajemen yang melakukan komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan pengertian public sehingga tercipta keharmonisan diantara keduanya dengan mengandalkan modal kejujuran, sikap terbuka, konsisten, dan tidak mengasingkan diri.
D.    Teknik-teknik Public Relation dalam menggalang citra / Opini publik
Praktisi Public Relation dalam melakukan kampanye bertujuan untuk menggalang atau merekayasa citra / opini public yang disusun secara bertahap atau periodic dengan berbagai rencana yang terprogram. Sebelum mengadakan kampanye untuk menggalanng opini public / citra diperlukan agenda setting. Agenda setting adalah penyusunan suatu benda atau scenario untuk mengangkat sesuatu atau menggalang citra baik melalui publikasi dan promosi.
Agenda setting merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum melangkah untuk menggalang opini public atau citra perusahaan. Sebuah catatan penting harus diingat bahwa tidak semua agenda setting akan berhasil karena tidak semua yang kita lakukan akan berhasil, adakalanya pasti gagal. Akan tetapi kita sebagai manusia harus berusaha semaksimal mungkin sehingga apa yang kita inginkan dapat tercapai.
Dalam praktik Public Relation atau Kehumasan untuk membangun citra positif perusahaan atau menggalang opini public yang positif ada tiga tekhnik. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1) tekanan (pressure), 2) membeli (buying), 3) bujukan (persuasive).
Membangun citra perusahaan atau menggalang opini public melalui tekanan biasanya lebih banyak menggunakan pengaruh, baik secara individu yang mempunyai kewibawaan atau charisma pribadi berdasarkan kekuatan atau jabatan tertentu. Sednagkan melalui buying atau dengan membeli suara alias menyogok dengan sejumlah uang agar memperoleh dukungan atau citra baik. Cara ini seringkali dilakukan ketika dalam masa pemilihan kepala desa atau pemilihan lainnya. Pihak perusahaan juga seringkali melakukan cara yang sama. Akan tetapi perlu diketahui bahwa kedua cara ini kurang baik akibatnya apalagi jika ada unsure buying yang merupakan tindakan melawan hokum. Bahkan menjual informasi saham perusahan di bursa efek baik dilungkup Indonesia atau internasional.
Membangun citra atau menggalang opini public yang positif dapat dilakukan dengan cara yang wajar yaitu dengan teknik persuasi atau bujukan. Artinya tekhnik ini akan berfungsi dimana:
  1. Untuk mengubah citra atau menggalang opini public yang bermusuhan, harus dilakukan dengan cara minimal yaitu menetralisasi bahkan bila perlu dilakukan rekayasa citra melalui The PR transfer process.
  2. Membujuk untuk mengkristalisasi citra yang belum terbentuk dimana sesuatu tersebut mempunyai potensi, tetapi masih laten.
  3. Membujuk agar opini public yang sudah menguntungkan diupayakan tetap dipertahankan jika diperlukan harus lebih ditingkatkan.
Jika ditarik kesimpulan dari beberapa hal diatas maka kegiatan untuk membangun citra perusahaan dalam konsep PR, yang paling penting adalah membentuk dan merekayasa citra perusahaan dengan cara mempertahankan yang sudah ada dan meningkatkan serta membangun yang belum dibangun.
Proses terjadinya citra yang baik atau opini public yang baik, menurut salah satu ilmuan PR barat yang bernama Scoot M. Cutlip dan Allen Center, selalu mengikuti tiga pola atau tahapan yaitu:
  1. Mengangkat isu kepermukaan melalui agenda setting bekerjasama dengan pihak pers dan PR bertindak sebagai power maker serta sumber berita dengan membuat publisitas semenarik mungkin.
  2. Melemparkan isu tersebut kemudian diperdebatkan dan dicarikan pemecahan masalahnya.
  3. Mengarahkan atau menggiring isu atau topic tersebut kea rah pemecahan yang dapat diterima oleh public atau masyarakat umum.
Ketiga konsep yang ditawarkan oleh kedua tokoh tersebut dapat dianalogikan dengan kondisi perusahaan yang ingin membangun sebuah citra positif dan opini public yang positif. Selain itu, ketiga konsep tersebut juga bertujuan untuk membangun citra perusahaan dengan mengoptimalkan fungsi PR. Dan tugas PR dal;am ruang lingkup yang seperti ini adalah melakukan sesuatunya dengan kemampuan maksimal sehingga apa yang diinginkan oleh perusahaan yaitu keinginan untuk mendapatkan citra positif atau opini public yang positif dapat dicapai dengan mudah.
E.     Kesimpulan
Era perang citra telah lama dimulai. Terlebih lagi di Era globalisasi ini dimana dinamika publiknya semakin besar dan berkembang. Keinginan, tuntutan, harapan public untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik sudah sulit dibendung lagi mengingat kemajuan tekhnologi yang semakin maju dan munculnya banyak cendekiawan yang selalu bersikap kritis terhadap segala sesuatu.
Melihat kondisi dan situasi public sekarang ini bagi seorang komunikator organisasi atau perusahaan PR sangat diperlukan guna mempermudah hubungan dengan public. Oleh karena itu, wajar jika banyak sekali cendekiawan masa kini yang melirik profesi PR karena dianggap sangat prospektif. Bahkan sangat tidak menutup kemungkinan jika banyak sarjana atau cendekiawan non-PR yang melakukan kursus kilat untuk menguasai ilmu ini.

Studi Kasus dalam Public Relations


Dalam  studi  atau penelitian tentang kehumasan dan organiasi ,  terutama  di Amerika Serikat, Toth (1992) mengemukakan adanya tiga  pendekatan yang  cukup menonjol, yakni pendekatan rhetorik  atau  rhetorical approach, pendekatan sistem atau systems approach dan  pendekatan kritis atau critical approach.
Kadang  pendekatan  retorik dan pendekatan  kritik  dianggap sama,  namun  ada juga yang melihatnya  sebagai  pendekatan  yang berbeda.  Pendekatan  rhetorik melihat humas sebagai alat  yang  dipergunakan  oleh  organisasi  untuk  membujuk  atau mempersuasi  pihak-pihak lain yang berkepentingan  yang  dihadapi organisasi.  Titik perhatiannya terletak pada  penggunaan  wacana atau discourse   untuk   membujuk  kalangan   pihak   berkepentingan atau stakeholders.
Dalam batasan ini, humas  tidak  lain daripada  sebuah  bentuk retorik yang  dengannya,  orang  secara pribadi  maupun  atas  nama perusahaan  mempengaruhi  pendapat,  membentuk saling pemahaman, penilaian dan juga sikap. Untuk  itu, ia  memandang  retorik sangat penting  dalam  masyarakat  karena melalui  retorikalah, pendapat, pengertian dan  penilaian  dapat dibentuk dan tindakan dapat diambil.
Telaah  dari pendekatan retorik dalam  penelitian-penelitian humas mengamati  isi  atau  contents  dari  berbagai komunikasi  yang  dilakukan oleh organisasi. Bentuknya  bisa  isi pidato, isi penerbitan-penerbitan internal, press release, maupun isi  komunikasi melalui media audio visual serta  isi  komunikasi bentuk lain seperti yang diliput oleh media massa.
Sementara pendekatan  kritis tertumpu pada ekonomi politik.  Pendekatan ini   humas dilihat   dalam   hubungannya   dengan kepentingan  siapa  yang  sedang dilayani  oleh  praktisi  humas atau komunikasi korporat.
Kebanyakan sarjana   dari  aliran  kritis  dalam  studi   humas  menganalisa  organisasi  dan pesan-pesan yang  ditampilkan  bukan dalam usaha untuk memperbaiki perusahaan bersangkutan. Kata lain di  pendekatan  ini peranan utama humas  dalam  sebuah organisasi adalah untuk mempertahankan organisasi melalui  usaha-usaha  pengontrolan terhadap lingkungan organisasi.
Penelitian  dalam bidang kajian humas dapat dibedakan dalam tiga kategori besar. Seperti dinyatakan oleh Pavlik (1987):
Three major types of humas research : applied,  basis, and  introspective. Applied research examines specific  practical issues; in many instances it is done to solve a spesific problem. A  branch  of applied research, strategic research,  is  used  to develop  PR compaigns and programs. According  to Broom &  Dozier (1990),  strategic research is “deciding where you want to be  in the future… anda how to get there.” A second branch, evaluation research,  is done to assess the effectiveness of PR program  and is discussed in more detail.
Basic  research  in humas creates knowledge that  cuts across  PR  situations. It is most interested  in  examining  the underlying proceses and in constructing theories that explain the PR  process. Introspective  research,  which  examines the  fields  of  PR .
 (seperti dikutip Wimmer dan Dominick, 2000: 365)
Dari  tinjauan teknik penelitian, untuk bidang kajian humas yang paling sering  dilakukan adalah penelitian survei, analisis isi, dan focus groups discussion. Namun, studi kasus akhir-akhir ini menjadi kajian yang paling sering dilakukan (Ruslan, 1995: 13).  Studi kasus merupakan uraian dan penjelasan komprehesif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi atau komunitas, suatu program, atau suatu situasi sosial. Metode yang serng dilakukan adalah wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen atau dan data apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci (Mulyana, 2001 : 201-202).
Sementara itu keistimewaan studi kasus menurut Lincoln dan Guba :
  1. merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni meyajikan pandangan subyek yang diteliti
  2. menyajikan uraian menyeluruh mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari
  3. merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden
  4. memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustwortiness)
  5. memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian dan transferabilitas.
  6. terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut (dalam Mulyana, 2001 : 203).
Rancangan umum untuk studi kasus dapat digambarkan sebagai sebuah corong. Awal studi adalah bagian corong yang lebar. Ini menunjukkan peneliti menjajagi tempat-tempat dan orang-orang yang mungkin dijadikan  subyek atau sumber data. Dan memungkinkan pengembangan dalam proses pencarian dan pemilahan data yang ada. Selanjutnya menyempit ke tempat penelitian, subyek bahan dan tema (Bogdan dan Biklen, 1990: 73).
Menurut Arifin (1994: 51) sifat metode yang berorientasi kasus adalah holistik. Metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian. Jadi hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks keseluruhan dan yang kedua juga dipahami sebagai perkiraan.
Dari awal penjajagan yang luas peneliti menuju lebih terarah ke pengumpulan data dan analisa  beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Bogdan dan Biklen (1990: 78-80) adalah informan penting, yakni orang-orang yang mempunyai pemahaman mendalam mengenai apa yang terjadi, sampling waktu, yang sangat berkaitan dengan ketersediaan dokumen dan data pendukung lain.

PUBLIC RELATIONS


Perkembangan teknologi erat kaitannya dengan tugas Public Relations di masa kini. Dalam tugasnya, Public Relations yang berhadapan langsung dengan dunia online, seperti internet ini, dapat disebut juga cyber PR atau online PR atau PR 2.0. Berikut pembahasannya.
Ciri dari teknologi zaman sekarang ditandai dengan tiga arah perkembangan komunikasi, yaitu adanya interaktivitas, konektivitas, dan multimedia. Dan kini ketiga elemen teknologi tersebut telah melebur menjadi satu hingga disebut konvergensi media. Secara harafiah konvergensi adalah dua benda atau lebih bertemu/bersatu di suatu titik. Secara umum, konvergensi adalah penyatuan berbagai layanan dan teknologi komunikasi serta informasi (ICTS – Information and Communication Technology and Services). Contoh konvergensi media adalah internet dengan web 2.0.
Perkembangan teknologi web 2.0 telah membuka mata praktisi PR bahwa kini kegiatan PR tidak hanya mempublikasikan yang baik-baik saja, namun dengan adanya fenomena media sosial seperti ini, PR diharapkan bisa lebih terbuka, transparan, kreatif, dan gabungan dari komunikasi yang terintegrasi. Peran PR pun mulai berubah, dengan kegiatan yang mencakup bagian pemasaran, yaitu IMC (integrated Marketing Communications). Mereka harus bisa membangun reputasi sekaligus menjaga pasaran.
Dalam kondisi web 2.0, pandangan komunikasi yang dijalankan oleh praktisi PR sebelumnya harus diganti karena sekarang komunikasi yang dijalankan perusahaan tidak hanya satu arah. Email, blog, jejaring sosial, dan semua media online bisa menjadi bukti adanya umpan balik terhadap komunikasi yang dilakukan perusahaan terhadap publiknya. Pesan/kritik/saran yang khayalak sampaikan kini bisa beredar luas dan cepat di media online.
Oleh karena itu, peran Public Relations salah satunya adalah menjadi media controller. Dengan menggunakan fasilitas dari web 2.0, yaitu search engine, praktisi PR dapat dengan mudah memantau isu yang sedang beredar di media yang berkaitan dengan kegiatan Public Relations perusahaan.
Contoh kasus yang baru saja terlewatkan adalah kasus Prita Mulyasari dengan RS Omni International. Pada saat itu praktisi PR dari RS Omni International tidak bisa memahami bahwa pesan/kritik yang dikeluarkan oleh salah satu pasien RS Omni International, Alam Sutera, hanya ditujukan bagi orang tertentu saja. Dan seharusnya praktisi PR rumah sakit bisa mengatasi hal tersebut menggunakan fasilitas kecanggihan media internet juga. Namun ternyata ketidakpuasan pelanggan yang beredar di dunia maya tersebut tidak langsung cepat ditanggapi oleh pihak rumah sakit. Hingga akhirnya kasusnya semakin membesar, media cetak banyak membahas seputar fenomena ini, dan reputasi rumah sakit Omni drastis menurun.
Ada juga kasus Sony AK dengan perusahaan bermerek ternama Sony Corp. Perusahaan Jepang, Sony Corp sempat kewalahan ketika tahu ada website yang bernama sony-ak.com. Mereka berpikir ini sebagai suatu kejahatan dunia maya, dimana orang yang membuat website dengan nama yang mirip dengan semua jenis produk Sony bertujuan untuk ikut mendompleng nama mereka juga. Namun Sony AK juga sempat membalas bahwa websitenya sama sekali tidak berhubungan dengan merek Sony, juga Sony Arianto Kurniawan membuat website dengan dasar Knowledge Center.
Di sini terlihat bahwa peran PR di perkembangan teknologi web 2.0 ikut berkembang. Praktisinya diharapkan mampu dan teliti dalam menyingkapi isu-isu baru yang mungkin hanya akan muncul di dunia maya. Perlu diketahui juga bahwa seorang praktisi PR 2.0 wajib memperhatikan kondisi psikologis dari para pelanggannya (publiknya) yang menggunakan jaringan internet. Oleh karena itu perlu ada pemaksimalan peran media research/online controllingdan pembaruan (updating) website perusahaan untuk menjadi yang terkemuka

Faktor-Faktor Penyebab Krisis PR


Faktor-Faktor Penyebab Krisis
Krisis tidak bisa diprediksi datangnya. Jalan terbaik untuk menghadapinya adalah membuat perencanaan untuk menghadapi krisis.  If you want peace, prepare for war.
Berikut dijelaskan sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya.
1)      Krisis karena bencana alam
      Tipe paling relevan dari krisis adalah yang disebabkan bencana alam. Bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan kebakaran dapat terjadi di lingkungan sekitar kita dan manusia selalu tidak berdaya menghadapinya.
      Banyak negara telah merasakan dampak dari bencana alam. Amerika pernah di serang badai Katrina. Di Indonesia, pada 2004 Aceh mengalami gempa dan tsunami yang sangat dahsyat. Pada 2006, Yogyakarta mengalami gempa bumi. Selain itu, belum lama ini pun telah terjadi bencana yang tak kalah dasyat. Banjir di Wasior, Papua; tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat; maupun Erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta.
Gambar 3.4.
Evakuasi saat Gunung Merapi Erupsi pada Awal November 2010
Sumber: http://foto.detik.com/readfoto/2010/11/01/114011/1481327/157/3/

Australia pun dilanda kebakaran hutan yang hebat. Bencana alam meluluhlantakkan seluruh sendi-sendi kehidupan. Rumah dan gedung perkantoran hancur, korban meninggal, jalan rusak, listrik mati, air bersih langka, merebaknya penyakit, yang berujung pada ambruknya perekonomian adalah multiplier effect dari bencana alam.Cost recovery untuk daerah yang terkena krisis sangat besar.

2)                  Krisis karena kecelakaan industri
Krisis karena kecelakaan industri cukup bervariasi, mulai dari mesin yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kebakaran, hingga kecelakaan kerja. Jika krisis ini terjadi, maka perusahaan harus memberikan perhatian secara penuh dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Bahaya dari kecelakaan industri yang dapat menyebabkan kematian biasanya menjadi ‘magnet bagi media’.
Gambar 3.5.
Ribuan rumah telah tenggelam oleh Lumpur Lapindo sejak 2006
Sumber: http://4.bp.blogspot.com

Banyak perusahaan berada dalam krisis karena masalah ini. Sebut saja semburan lumpur Lapindo yang mengakibatkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, kebocoran gas di sebuah hypermarket yang mengakibatkan beberapa orang pingsan, dan yang paling mutakhir adalah meledaknya depo Pertamina Plumpang.

3)      Krisis karena produk yang kurang sempurna
Dalam bisnis perusahaan menghasilkan produk yang terdiri dari barang (goods) dan jasa (services). Barang dan jasa juga memiliki potensi krisis. Hal ini mungkin saja terjadi karena produk yang dihasilkan cacat (defect) atau kurang sempurna, walaupun perusahaan telah melakukan riset dan teknik pengembangan produk sebelumnya.
Demikian juga halnya yang terjadi dalam bisnis jasa, yang mana pelayanan optimal (excellent services) merupakan faktor penting. Ketidakmampuan karyawan memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen akan memberikan efek krisis kepada perusahaan dan produknya.

4)      Krisis karena persepsi publik
Saat krisis terjadi, perusahaan yang mengalaminya mungkin saja akan menjumpai krisis lain karena krisis yang terjadi sebelumnya tidak teratasi dengan baik. Inilah yang menyebabkan potensi kerugian menjadi berlipat ganda, baik dari segi keuangan maupun moral karyawan. Selain itu, citra perusahaanpun akan terus memburuk.
      Krisis ini merupakan konsekuensi dari sebuah krisis darurat, merefleksikan kualitas organisasi dalam merespon krisis dan memperlihatkan seberapa efisien proses pengambil keputusan dalam organisasi tersebut.

5)      Krisis karena hubungan kerja yang buruk
      Hubungan kerja yang buruk antara pekerja dan perusahaan dapat menjurus pada krisis besar. Krisis ini dapat mengarah pada kondisi tidak terkendali yang serius dalam operasional perusahaan. Kekuatan buruh terkadang dapat memaksa industri untuk tutup sehingga perusahaan terpaksa bertindak agresif. Hubungan antara buruh dan perusahaan seharusnya dijaga agar tidak sampai pada level saling merusak.

6)      Krisis karena  kesalahan strategi bisnis
Penyebab utamanya dari krisis ini adalah perencanaan atau implementasi strategi bisnis yang keliru atau tidak tepat, yang dilakukan oleh manajemen. Krisis jenis ini biasanya tidak dapat diprediksi sebelumnya. Hal ini terjadi karena pergeseran pasar yang mendadak yang tidak diantisipasi oleh manajemen, kegagalan untuk menyesuaikan dengan kebijakan pasar; krisis global yang secara tidak langsung berimbas pada bisnis perusahaan.
Walaupun tidak dapat diprediksi sebelumnya, manajemen harus bertanggung jawab atas krisis tersebut.

7)      Krisis karena terkait masalah kriminal
Krisis yang terkait masalah kriminal belakangan sering terjadi. Krisis jenis ini merupakan ancaman besar untuk beberapa industri, seperti pariwisata, perbankan, dan penerbangan. Contoh krisis ini adalah terorisme, pembajakan, kekerasan, perjudian, pemalsuan, dan pencurian. Krisis ini membutuhkan respon yang tepat karena menjadi  ‘magnet media’.

8)      Krisis karena pergantian manajemen
Kadang-kadang perubahan dalam organisasi dianggap sebagai suatu krisis. Beberapa perusahaan menempatkan CEO mereka sebagai figur penting yang tidak tergantikan sehingga kepergiannya betul-betul menimbulkan krisis. Beberapa perusahaan perlu menyiapkan rencana pergantian pimpinan sehingga krisis semacam itu tidak perlu terjadi.

9)      Krisis karena persaingan bisnis
Krisis jenis ini menjadi semakin sering terjadi karena ketatnya persaingan bisnis. Beberapa perusahaan yang memonopoli pasar dapat saja mengontrol pasar dan menyerang pesaing secara frontal. Hal ini akan menyebabkan pesaing rugi dan harus mengeluarkan banyak uang untuk bangkit dan membangun kembali nama dan reputasi mereka.

Kesimpulan dari semua penyebab krisis masuk dalam empat kategori, yaitu bencana alam, masalah teknis, kesalahan manusia (human error), dan keputusan manajemen atau manajemen tidak dapat mengambil keputusan yang tepat. Kebanyakan krisis berada pada kategori terakhir.  

Situasi krisis dalam bisnis juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan hal-hal di berikut.
1)                  Public health
Public health adalah krisis yang terjadi karena produk perusahaan ditenggarai membahayakan kesehatan atau terbuat dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
            Belakangan ini, di Indonesia marak beredar isu makanan berformalin. Akibatnya industri makanan dan minuman di Indonesia mengalami penurunan omzet 30 hingga 40 persen. Para pedagang menderita kerugian hingga 50 persen, bahkan sebagian dari mereka sudah gulung tikar. Kerugian akibat pemberitaan makanan berformalin menimbulkan efek berantai. Yang rugi tidak hanya pengusaha mie, bakso, dan tahu tetapi pengusaha terigu, kecap, saus tomat, dan industri makanan lainnya juga terkena dampaknya. Pemberitaan makanan berformalin benar-benar memukul pedagang kecil.
Kasus terakhir yang melibatkan industri makanan di Indonesia adalah Kasus Indomie yang dilarang beredar di Taiwan. Karena disebut mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia. Zat yang terkandung dalam Indomie adalahmethyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat).
Kedua zat tersebut biasanya hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik, dan pada Jumat (08/10/2010) pihak Taiwan telah memutuskan untuk menarik semua jenis produk Indomie dari peredaran.  Di Hongkong, dua supermarket terkenal juga untuk sementara waktu tidak memasarkan produk dari Indomie.
            A Dessy Ratnaningtyas, seorang praktisi kosmetik menjelaskan, dua zat yang terkandung di dalam Indomie yaitu methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat) adalah bahan pengawet yang membuat produk tidak cepat membusuk dan tahan lama. Zat berbahaya ini umumnya dikenal dengan nama nipagin. Dalam pemakaian untuk produk kosmetik sendiri pemakaian nipagin ini dibatasi maksimal 0,15%.
            Ketua BPOM Kustantinah juga membenarkan tentang adanya zat berbahaya bagi manusia dalam kasus Indomie ini. Kustantinah menjelaskan bahwa benar Indomie mengandung nipagin, yang juga berada di dalam kecap dalam kemasam mie instan tersebut. tetapi kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar dan aman untuk dikonsumsi, lanjut Kustantinah.
            Tetapi bila kadar nipagin melebihi batas ketetapan aman untuk di konsumsi yaitu 250 mg per kilogram untuk mie instan dan 1.000 mg nipagin per kilogram dalam makanan lain kecuali daging, ikan dan unggas, akan berbahaya bagi tubuh yang bisa mengakibatkan muntah-muntah dan sangat berisiko terkena penyakit kanker.
            Menurut Kustantinah, Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision, produk Indomie sudah mengacu kepada persyaratan Internasional tentang regulasi mutu, gizi dan kemanan produk pangan. Sedangkan Taiwan bukan merupakan anggota Codec. Produk Indomie yang dipasarkan di Taiwan seharusnya untuk dikonsumsi di Indonesia, karena standar di antara kedua negara berbeda maka timbulah kasus Indomie ini.

2)            Safety and security issues
            Faktor keselamatan dan keamanan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam melayani konsumennya. Apalagi bagi perusahaan yang bisnisnya berkaitan dengan nyawa manusia, kelalaian terhadap dua hal diatas akan sangat berakibat fatal. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka perusahaan harus membuat standar operasional prosedur bagi keselamatan dan keamanan konsumennya. Di samping perusahaan harus tetap mengikuti standar keselamatan dan keamanan internasional.
                  Inilah alasan mengapa Uni Eropa melarang 51 maskapai penerbangan Indonesia terbang ke langit Eropa. Otoritas penerbangan Indonesia dinilai tidak dapat memenuhi persyaratan teknis International Civil Aviation Organization (ICAO).
                  Sebanyak 27 negara anggota UE (Uni Eropa) sepakat tidak mencabut larangan terbang bagi 51 maskapai Indonesia. Negara-negara anggota UE tersebut dalam sidang komisi Eropa di Brussels, Belgia telah mendengarkan presentasi dari otoritas Indonesia dan tiga maskapai yang diprioritaskan, yaitu Garuda Indonesia, Mandala Airlines, dan Airfast. Namun, mereka mengambil kesimpulan fokus otoritas penerbangan Indonesia dianggap belum memenuhi standar UE. Memang, selama ini UE terkenal dengan penilaian yang objektif terhadap masalah keselamatan. Keputusan mereka tidak ada kaitannya dengan motif komersial ataupun bisnis, namun semata-mata memperhatikan keselamatan warga negara UE. Ada dua aspek masalah yang harus diselesaikan, yaitu masalah maskapai dan regulatornya. Dalam aspek maskapai penerbangan, apabila telah ada perbaikan, larangan terbang dapat dicabut. Oleh karena itu, perbaikan sistem keselamatan dan keamanan maskapai penerbangan nasional harus dapat memenuhi hasil audit standar ICAO.

3)            Financial and business issues
         Krisis moneter pernah membuat negara kita begitu sengsara. Krisis yang berawal jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, berdampak sangat mengerikan. Rupiah terjun bebas dari Rp2.50,00 ke level Rp16.000,00, 16 bank dilikuidasi, rush terjadi di beberapa bank, kondisi politik menjadi tidak stabil, pengangguran bertambah, seiring dengan PHK massal di berbagai perusahaan di seluruh Indonesia. Pertumbuhan ekonomi turun drastis dari 7% per tahun menjadi minus 13%. Padahal setiap penurunan 1% pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan 400.000 orang kehilangan pekerjaan.
                  Krisis yang nyaris sama terjadi di Amerika. Subprime mortgage adalah pemicunya. Krisis financial di Amerika berdampak sangat serius bagi seluruh dunia. Membutuhkan biaya recovery sebesar US$700 juta milliar, krisisis ini memakan korban banyak perusahaan besar. Sebut saja Lehman Brothers, Fanni Mae, Freddi Mac, AIG Group, dan lain-lain.
                  Krisis keuangan menyerang seperti kanker, semakin lama Anda bereaksi, semakin parah perusahaan, semakin dekat Anda pada “kematian”. Berikut cerita di balik kebangkrutan salah satu raksasa Financial Amerika, Lehman Brothers.

Lehman Brothers Bangkrut
Senin, 15 September 2008 I 12:48 WIB


Gambar 3.7. Gedung Lehman Brothers
Sumber: http://i.dailymail.co.uk/i/pix/2008/11/12/article-1085143-02A05D5900000578-266_468x286.jpg

Washington - Bank investasi besar Wall Street, Lehman Brothers akhirnya tak kuat membendung masalah kredit macetnya. Bank berusia 158 tahun itu akhirnya mengajukan kebangkrutan guna melindungi aset dan memaksimalkan nilai perusahaan.
Demikian pernyataan dari dewan direktur Lehman Brothers, seperti dikutipAFP, Senin (15/9/2008). Bank investasi terbesar keempat AS ini akan menyampaikan formulir kebangkrutan ke United States Bankruptcy Court for the Southern District of New York pada hari Senin ini.
"Nasabah Lehman Brothers, termasuk nasabah anak perusahaan, Neuberger Berman Holdings LLC, tetap bisa melanjutkan transaksi dengan menggunakanaccount mereka," demikian bunyi pernyataan direksi Lehman Brothers.
Lehman ini mencatat kerugian sekitar US$3,9 miliar pada triwulan ketiga 2008 menyusul beberapa hapus buku pada aset mortgage-nya.
Pengumuman kebangkrutan itu muncul setelah tidak adanya pembeli yang pas sebagai investor baru Lehman Brothers. Keputusan ini sekaligus menjadi akhir dari pertemuan 3 hari berturut-turut yang digelar para bankir, bank sentral AS, dan Depkeu AS. (ddn/qom)

4)            Environmental issues
Environmental issues adalah isu-isu lingkungan yang sensitif yang dilakukan oleh perusahaan tertentu dengan mengabaikan aturan yang berlaku.
         Pencemaran lingkungan oleh perusahaan biasanya akan memancing reaksi keras dari masyarakat sekitar dan LSM yang peduli terhadap lingkungan. Demonstrasi dari masyarakat dan pressure group lainnya akan datang secara bertubi-tubi, hingga menarik minat media untuk meliput.
         Kasus pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya, adalah contohnya. Warga Buyat, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara resah. Laut dan sungai yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka sehari-hari, kini berubah menjadi ancaman. Pencemaran di Teluk Buyat yang diduga akibat pembuangan limbah pertambangan emas di kawasan itu mengakibatkan ratusan warga Buyat menderita. Tubuh mereka gatal-gatal, muncul benjolan di tangan, kaki, hingga kepala. Hasil penelitian dr. Jane Pangemanan, dosen Universitas Sam Ratulangi, Manado menyebutkan bahwa gejala ini timbul sejak  1999. Disimpulkan, kawasan perairan di Teluk Buyat terkontaminasi merkuri yang berasal dari pembuangan limbah industri emas. Setelah masyarakat, LSM, para pakar, dan akademisi angkat bicara, posisi PT MNR terpojok di antara tudingan banyak pihak.
                  Ketidakpedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, serta hanya peduli pada laba adalah tudingan yang kerap membuat perusahaan tidak berdaya menghadapi krisis dengan isu lingkungan ini.
                  sebagai tenaga kerja semata. Sebagai aset perusahaan yang terpenting, perusahaan perlu menjalin hubungan baik dan memberikan total human reward kepada karyawan. Reward tidak selalu masalah financial tetapi perhatian dan perlakuan yang santun kepada karyawan juga merupakan hal yang sangat penting. 
         Kesenjangan komunikasi dan perbedaan kepentingan antara karyawan dengan perusahaan adalah hal yang harus dikelola dengan baik. Kebuntuan komunikasi yang kemudian memancing terjadinya demontrasi pada hakikatnya akan merugikan kedua pelah pihak. Selain itu, perselisihan antara serikat buruh dan pemodal yang berujung pada PHK dapat mengundang kerawanan sosial dan keamanan yang lebih luas.

7)      Legal issues
         Saat ini banyak perusahaan, politisi, atlet, dan tokoh masyarakat (public figure) yang terkena kasus hukum. Bersinggungan dengan hukum tentu tidak diinginkan oleh semua orang. Ketika perusahaan atau seseorang melanggar hukum, pasti akan mendapat sorotan luas dari media. Banyak orang yang bahkan bukan public figure menjadi sangat terkenal karena terlibat kasus hukum di Indonesia. Sebut saja Amrozi dan Imam Samudra. Kasus hukum merupakan salah satu magnet media yang paling kuat, apalagi jika menimpapublic figure atau tokoh masyarakat. Ketika Aulia Pohan, mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia yang juga besan Presiden SBY ditetapkan sebagai tersangka, liputan media jauh lebih intens daripada tersangka lainnya. Bahkan infotainment juga meliput. Hal serupa juga terjadi pada mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim yang dituduh oleh Mahathir Muhammad telah melakukan sodomi. Banyak kalangan menilai penetapan Anwar sebagai tersangka kasus sodomi hanyalah rekayasa pemerintah untuk menurunkan popularitas Anwar Ibrahim di muka rakyat.
         Kasus hukum memang berpotensi menurunkan citra seseorang dengan sangat drastis. Persepsi publik akan berubah 180%. Bayangkan persepsi masyarakat ketika seorang anak mantan Presiden Soeharto, yang juga pengusaha, Hutomo Mandala Putra, dijatuhi hukuman penjara 15 tahun karena tuduhan berada di balik pembunuhan Hakim Agung.      Juga hancurnya citra Roy Marten ketika dua kali tertangkap mengonsumsi narkoba. Bayangkan juga citra Nazaruddin Syamsudin, mantan Ketua KPU, seorang Guru Besar di Universitas Indonesia, yang baru saja mendapat penghargaan dari Monash University, Australia karena sukses menyelenggarakan Pemilu langsung di Indonesia, diseret ke pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara karena kasus korupsi. Belakangan justru banyak dari kalangan akademisi yang terseret kasus korupsi. Sebut saja Mulyana W. Kusuma, anggota KPU dan dosen kriminolog dari Universitas Indonesia, Rohmin Dahuri mantan menteri yang juga dosen di IPB,  dan lain-lainnya.
         Di jagad selebritas, perbuatan melanggar hukum juga kerap terjadi. Kasus hukum selebritis didominasi oleh kasus narkoba, kekerasan, dan penipuan.

8)      Accident and disaster
         Kecelakaan dapat terjadi kapan saja. Berbagai hal bisa menjadi penyebabnya, baik karena human error atau permasalah teknis lainnya.
         Meledaknya Depo Pertamina Plumpang adalah kecelakaan industri yang paling heboh di awal tahun 2009. Kecelakan industri yang juga berakibat sangat fatal adalah semburan lumpur tak terkendali akibat pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo Brantas, anak perusahaan Grup Bakrie. Lumpur Lapindo merendam empat desa di Sidoarjo. Efek dari lumpur Lapindo merambat ke Istana dimana Aburizal Bakrie salah satu menteri di Kabinet Indonesia Bersatu, pemilik Grup Bakrie diminta bertanggung jawab atas kecelakaan itu. Citra pemerintah pun terkena dampaknya karena dianggap melindungi Grup Bakrie dengan mengatakan sebagai musibah nasional. Namun, belakangan pemerintah mendesak Grup Bakrie untuk segera menyelesaikan kewajibannya dan memberikan ganti rugi sesuai dengan kesepakatan.

9)      False advertising
False advertising adalah krisis yang terjadi ketika bentuk iklan yang dibuat suatu perusahaan, individu atau organisasi justru menciptakan polemik di tengah masyarakat. Dengan kata lain, secara tidak sengaja perusahaan menciptakan krisisnya sendiri.
Publik bereaksi negatif dan menganggap perusahaan berbohong, menyajikan fakta yang tidak akurat, mengusung kekerasan, menyinggung perasaan publik, dan dianggap tidak melakukan edukasi yang baik bagi khalayak. Di bawah ini adalah iklan yang kemudian berubah menjadi bumerang bagi perusahaan.

Iklan dengan Sosok Pahlawan, PKS Diprotes
Rabu, 29 Oktober 2008 | 15:12 WIB
Sumber: www.kompas.com

JAKARTA, RABU — Generasi Muda Nahdlatul Ulama (GMNU) melayangkan protes atas iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menampilkan tokoh-tokoh pahlawan nasional, seperti KH Ahmad Dahlan, (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asyhari (pendiri Nahdlatul Ulama).
GMMN menilai, penampilan tokoh-tokoh tersebut hanya digunakan untuk menarik suara rakyat. "Hal ini merupakan penipuan politik. Kami meragukan apakah azas yang diusung oleh PKS sewarna dengan Hasyim Asyhari, pendiri NU," ujar Dendy, anggota PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Rabu (29/10) di Kantor PBNU, Jakarta.
Hal senada diungkapkan Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Idy Muzayyad. "PKS cenderung melakukan kegiatan kampanye politik di media massa dengan mendompleng ketokohan yang memiliki barisan pengikut. Jelas bahwa aliran PKS adalah Wahabi, sedangkan Hasyim Asyhari adalah Sunni. Hal ini tentu akan membingungkan. Saya merasa ada unsur kesengajaan untuk membiaskan penokohan ini oleh PKS," ujarnya.
Dendy menegaskan, pihaknya akan segera melayangkan surat protes keras terhadap penayangan tokoh tersebut kepada pengurus PKS. "Kami akan mengimbau yang bersangkutan untuk menghentikan tayangan iklan politik tersebut," tuturnya. (HIN)

KPI Minta Stasiun TV Hentikan Iklan Ki Joko Bodo
Kamis, 17 April 2008

Komisi Peyiaran Indonesia (KPI) Pusat secara tegas mengingatkan kembali stasiun TV agar menurunkan iklan Ki Joko Bodo. Sesuai dengan surat No: 174/K/KPI/04/08 yang dikirimkan KPI Pusat tanggal 10 April 2008 lalu, KPI Pusat telah meminta kepada semua stasiun TV untuk menghentikan tayangan iklan Ki Joko Bodo.
Dalam surat peringatan tersebut dinyatakan, KPI Pusat mengeluarkan kembali surat peringatan ini karena masih ditemukan stasiun televisi yang menayangkan iklan supranatural tersebut.
Berdasarkan pengamatan KPI Pusat, iklan Ki Joko Bodo dinilai telah mengabaikan nilai agama karena menjanjikan dapat mengubah nasib seseorang. Sesuai dengan pasal 36 ayat 6 UU Penyiaran 2002, tercantum bahwa isi siaran dilarang memperolok, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia, atau merusak hubungan internasional. Dan, kemudian Pasal 46 ayat 3 (d) yang menyebutkan bahwa siaran iklan niaga dilarang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai agama.
Gambar 3.8. Iklan yang Bermasalah
Sumber: http://www.kaskus.us

Bersama surat peringatan itu, KPI Pusat juga meminta kepada seluruh stasiun TV untuk memindahkan penayangan iklan yang terkait dengan disfungsi kelemahan seksual pria dan iklan kondom, yakni On Clinic danBluemoon setelah pukul 22.00 waktu setempat sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS).
Dalam penutupannya, KPI Pusat juga mengancam, apabila pihak stasiun TV tidak mengindahkan surat peringatan itu, sementara KPI Pusat masih melihat dan mendengar pengaduan dari masyarakat, maka KPI Pusat akan meneruskan pengaduan masyarakat ini kepada pihak yang berwajib.

XL Telah Tarik Iklan “Gue Kawin Lagi Ama Kambing”
Kamis, 17 April 2008

Sementara itu, PT Excelcomindo Pratama Tbk menyatakan telah menarik semua iklan XL versi pernikahan manusia dengan binatang terhitung sejak 7 April 2008 dari semua stasiun televisi. Hal ini terungkap dalam surat klasifikasi PT Excelcomindo Pratama Tbk kepada KPI Pusat tertanggal 11 April 2008.
Sebelumnya, pada 11 April 2008, KPI Pusat mengeluarkan siaran pers yang salah satu isinya adalah memutuskan menghentikan tayangan iklan operator selular XL yang menggambarkan adanya pernikahan manusia dengan binatang. KPI menilai bahwa iklan tersebut memperolok dan merendahkan martabat manusia.
Meskipun demikian, dalam surat tersebut, PT Excelcomindo Pratama Tbk belum menghentikan iklan tersebut pada televisi berlangganan  Astro TV. Alasannya, perlu proses koordinasi secara luas. (fkreatif_kpi)

10)     Customer complaints
      Lihatlah surat pembaca di berbagai media cetak lokal dan nasional. Di situ Anda akan menemukan berbagai komplain dari konsumen yang tidak puas dengan produk atau pelayanan yang diberikan perusahaan. Bayangkan surat pembaca itu akan dibaca jutaan orang dan kemudian diceritakan lagi ke jutaan orang lainnya. Dalam sekejap berita buruk produk dan layanan Anda tersebar ke seluruh dunia.
      Konsumen yang puas hanya akan menceritakan kepuasannya kepada 4-6 orang lainnya, tapi konsumen yang tidak puas akan bercerita kepada 6-8 orang lainnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap konsumen yang tidak puas. Lagipula biaya untuk mempertahankan pelanggan lebih murah daripada mendapatkan satu pelanggan baru. Biasanya keluhan konsumen berkisar pada kualitas produk, harga yang tidak fair, iklan yang menyesatkan, dan pelayanan yang buruk.

11)     Out of stock products
Dalam rangka menjalankan aktivitasnya, perusahaan membutuhkan pasokan bahan baku untuk memproduksi produknya. Kemudian diolah dan diproses, baik dengan menggunakan tenaga manusia ataupun menggunakan alat-alat produksi, seperti mesin atau infrastruktur lainnya. Setelah melewati proses produksi, barulah produk siap dijual ke pasar. Alur input-proses-output di atas harus terjaga dengan baik. Kekurangan pasokan bahan baku, kerusakan mesin, atau kurangnya tenaga kerja dapat menghambat proses produksi yang kemudian berdampak pada jumlah produksi. Inilah yang menyebabkan kelangkaan. Kelangkaan menyebabkan kepanikan baik dari sisi produsen maupun konsumen.
      Di akhir November 2008, Sekitar 600 Restoran Asing di Jakarta kesulitan bahan baku kibat krisis global dan ketatnya pengawasan bahan pangan impor. Restoran asing yang ada di Jakarta mempekerjakan sedikitnya 6.000 orang itu juga terancam tidak dapat beroperasi jika terus dirundung kesulitan importasi. Bahkan kesulitan bahan baku pangan dan minuman ini sudah terjadi 2 (dua) bulan sebelumnya. Ada berbagai sebab seperti ketatnya pengawasan Bea dan Cukai sehingga proses masuk barang impor lebih lambat dan sulit. Praktis terjadi kekurangan bahan pangan yang dibutuhkan untuk operasional. Tak pelak hal ini membuat restoran-restoran itu terganggu operasionalnya. Ratusan restoran atau rumah makan tersebut beroperasi di gerai tersendiri maupun di dalam hotel berbintang. Dengan asumsi setiap restoran mempekerjakan minimal 100 orang, maka 600 restoran itu dipastikan memperkerjakan sedikitnya 6.000 pekerja. Kini para warga ekspatriat di Jakarta harus belanja di Singapura untuk mendapat bahan pangan tertentu, seperti keju mozarella, wasabi, anggur, dan berbagai kebutuhan pangan lain. Apabila krisis ini tidak segera diatasi diperkirakan restoran dan supermarket yang menjual bahan pangan impor harus tutup karena kesulitan pengadaan bahan.
      Baru-baru ini masyarakat juga dikejutkan dengan terjadinya kelangkaan air minum kemasan. Air kemasan galon yang kini masuk deretan kebutuhan pokok (sembako) warga kelas menengah di Jakarta, yang langka sejak Lebaran, berlanjut hingga bulan Oktober 2008. Bukan perkara mudah mencari segalon air merek Aqua, penguasa pasar air minum kemasan. Selain langka, harganya juga melonjak. Lain tempat, lain harga.
Konsumen perlu berpindah-pindah toko untuk mendapatkan segalon Aqua. Toko-toko juga mengaku tidak mendapat stok. Kelangkaan ini membuat masyarakat bertanya-tanya apa yang terjadi pada Aqua. Sebagian mempunyai persepsi positif dan sebagian negatif.  Melihat kebingungan dan kepanikan yang terjadi di masyarakat Aqua segera tanggap dengan membuat press release. 
Berikut adalah press release Aqua, merespon isu kelangkaan Aqua yang beredar di masyarakat:
     
Kelangkaan Sementara Produk AQUA Kemasan Gallon
Senin, 3 September 2008
Sumber: www.aqua.com

Akhir-akhir ini pelanggan di Indonesia mengalami kesulitan untuk membeli produk AQUA kemasan gallon dari gerai retail. Kami minta maaf atas ketidaknyamanan yang telah terjadi. Pada kesempatan ini, kami akan menjelaskan hal-hal terkait masalah tersebut.
Kelangkaan produk AQUA ini hanyalah bersifat sementara. Kami ingin meyakinkan para pelanggan bahwa terjadinya kelangkaan produk AQUA di pasaran ini hanyalah bersifat sementara dan terjadi karena adanya gangguan operasional pengangkutan produk kami yang berlangsung antara 26 September sampai dengan 6 Oktober 2008. Selama masa tersebut, kami tidak dapat mengirim produk-produk kami dari pabrik karena diberlakukannya larangan melintas di jalan bagi sektor usaha terkait perayaan Lebaran. Keadaan ini menyebabkan terjadinya gangguan pada mata rantai pasokan serta distribusi kami yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan galon AQUA seperti yang dialami oleh pelanggan di beberapa daerah di Jabotabek.
Stok galon AQUA kini telah dikirimkan ke gerai-gerai retail dan kami akan terus berupaya untuk memastikan bahwa ketersediaan produk kami akan kembali normal dalam waktu secepat mungkin.
Sumber mata air kami aman dan terlindungi. Kami ingin memastikan kepada para pelanggan bahwa tidak terjadi kekeringan air di pabrik kami di Sukabumi. Kenyataannya, sumber mata air kami di Sukabumi masih terus menghasilkan air yang berkualitas tinggi. Sebagai merek air minum dalam kemasan yang terpercaya, kami berkomitmen untuk selalu memenuhi kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat akan air minum berkualitas tinggi yang aman. Air AQUA adalah air segar yang berasal dari sumber mata air pegunungan.
Kami selalu menghargai dan menjaga kelestarian sumber daya air dan lingkungan dengan tidak mengambil air melebihi dari yang disediakan oleh alam. Oleh karena itu, kami dengan ketat mengatur jumlah air yang kami gunakan dalam memproduksi air AQUA. Dengan demikian, perlu waktu bagi kami untuk membuat ketersediaan produk kembali normal.
AQUA berkomitmen untuk melayani pelanggan. Kami percaya bahwa akses untuk mendapatkan air minum yang aman dan berkualitas tinggi adalah hak setiap manusia.
Kami sangat menghargai dukungan dan kepercayaan pelanggan Indonesia terhadap merek AQUA dan tetap berkomitmen untuk melayani Anda sebaik mungkin. Hal ini terlihat dari upaya kami untuk terus-menerus meningkatkan pelayanan kami. Salah satu upaya kami untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan adalah dengan meluncurkan layanan hotline AQUA.